(0381) 21642
info@manende.sch.id, crewmanende@gmail.com

Berita

Madrasah Aliyah Negeri Ende

  • Profil Muslim Dalam Ramadhan
02,
Profil Muslim Dalam Ramadhan

Profil Muslim Dalam Ramadhan
Mahmud Mohamad, M.Pd

 Artinya : Hai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa. (Al-Baqarah: 183)

Menurut Imam Ibnu Katsir bahwa surat Al-baqarah 183 tersebut berisi tentang perintah untuk menunaikan shaum pada bulan ramadhan. Ibadah shaum di bulan ramadhan yang nantinya kita laksanakan sesuangguhnya adalah suatu proses pendidikan yang berkelanjutan bagi orang-orang yang beriman yang menghantarkan pada puncak nilai-nilai kemanusiaan yang disebut dengan taqwa. Taqwa inilah sebagai indikator utama kemuliaan, indikator utama kebahagiaan, dan indikator utama kesejahteraan. Ada dua (2) hal penting yang ditumbuhkan melalui latihan-latihan ibadah di bulan suci ramadhan yang penuh dengan keberkahan ini, yang merupakan indikator  utama ketaqwaan yaitu (1). Menumbuhkembangkan kebaikan pribadi dan (2). Menumbuhkembangkan kebaikan sosial.
1. Menumbuhkembangkan kebaikan pribadi
Profil Pertama, menumbuhkembangkan kebaikan pribadi pada diri kita masing-masing. Misalnya ibadah puasa melatih kita menjadi orang yang jujur karena Allah. Secara pribadi orang-orang yang beriman yang berpuasa, haruslah menjadi orang yang jujur. Karena kejujuran itu merupakan sesuatu yang sangat penting dan menentukkan. Tanpa kejujuran tidak mungkin kita bisa membangun diri kita, keluarga maupun masyarakat dan bangsa kita ke arah yang lebih baik. Rasulullah SAW bersabda: Hendaknya kalian selalu berusaha menjadi orang yang benar dan jujur karena kejujuran akan melahirkan kebaikan-kebaikan. Dan kebaikan akan menunjukkan jalan ke syurga.  Jika seseorang terus berusaha menjadi orang yang jujur, maka pasti di catat oleh Allah sebagai orang yang selalu jujur. Jauhilah dusta dan menipu karena dusta itu akan melahirkan kejahatan dan kejahatan akan menunjukkan jalan ke neraka. Jika seseorang terus menerus berdusta, maka akan dicatat oleh Allah sebagai orang yang pendutsa. (H.R. Bukhari).
Kejujuran adalah sumber utama  kebaikan. Orang yang jujur pasti akan melahirkan kebaikan-kebaikan. Sebaliknya orang yang tidak jujur adalah orang yang selalu berdusta pada dirinya, dusta pada Allah, dusta pada keluarga dan masyarakatnya, adalah sumber dari keburukan dan kejahatan. Kejujuran juga akan menghantarkan pada kesuksesan. Kisah nabi Yusuf A.S mampu mensejahterakan masyarakatnya, ketika beliau di tunjuk sebagai salah seorang petinggi di negeri Mesir, karena beliau memiliki sifat Hafidzun (sifat jujur dan menjaga). Allah SWT berfirman:

Artinya : Berkata Yusuf: Jadikanlah Aku bendaharawan negara (Mesir); Sesungguhnya Aku adalah orang yang pandai menjaga, lagi berpengetahuan.
Profil kedua, menumbuhkembangkan kebaikan pribadi Sifat amanah. Apapun yang menjadi  tanggung jawab dan pekerjaan kita, harus di pandang serta di anggap sebagai amanah dari Allah SWT, yang pertanggungjawabannya bukan hanya sekedar kepada manusia, akan tetapi juga kepada Allah SWT kelak kemudian hari. Orang yang amanah pasti akan mendapatkan kemakmuran dalam hidupnya sebaliknya orang yang khianat pasti akan menderita kerugian dan kefakiran di dalam kehidupannya. Rasulullah SAW bersabda: Sifat amanah dan jujur itu akan menarik rizki, sedangkan khianat itu akan menarik (mengakibatkan) kefakiran. (H.R. Dailamy).
Profil ketiga, menumbuhkembangkan kebaikan pribadi adalah Mujahadah, bahwa orang yang beriman dan melaksanakan ibadah syaum pada bulan ramadhan harus memiliki etos kerja yang tinggi dan mempunyai sifat mujahadah. Artinya puasa ini melatih kita bagaimana kita dapat mempersembahkan yang terbaik dalam hidup ini. Ketika mengajar, bekerja, berdagang, maupun pekerjaan-pekerjaan yang menjadi amanah dan tanggung jawab kita, maka kita persembahkan hasil yang terbaik. Orang-orang yang mujahadah dan sungguh-sungguh, jangankan berhasil, andaikan tidak berhasil sesuai dengan targetnya pun, sudah mendapatkan nilai yang mulia di hadapan Allah SWT.
Kemiskinan pun sesungguhnya sering terjadi bukan karena kekurangan sumber alam, bukan karena kekurangan ilmu pengetahuan yang dimiliki dan bukan pula karena kekurangan keterampilan. Kemiskinan seringkali terjadi karena sikap malas dan menggantungkan pemenuhan kebutuhan hidupnya hanya pada orang lain. Inilah yang disebut dengan kemiskinan kultural (budaya). Karena itu, di dalam  berbagai macam ayat kita diperintahkan untuk bekerja dan bertebaran di muka bumi.

Artinya: Apabila Telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.
Sebagai seorang muslim harus senantiasa mencintai pekerjaan kita. Karena sesungguhnya bekerja itu adalah bagian dari ibadah. Orang-orang yang berusaha mencari rizki yang halal dengan bekerja semaksimal mungkin, akan selalu mendapatkan ampunan dari Allah SWT. Rasulullah SAW bersabda: Barangsiapa tertidur karena kelelahan dalam mencari rizki yang halal, maka ia tertidur dalam keadaan mendapatkan ampunan dari Allah SWT. (H.R. Ibnu Asakir).

2. Menumbuhkembangkan kebaikan sosial
Kebaikan yang kedua, yang harus kita bangun melalui ibadah shaum adalah kebaikan sosial. Dalam arti bahwa, kita sebagai orang-orang yang beriman tidak boleh merasakan kesenangan secara pribadi dan orang lain dalam keadaan susah. Rasulullah SAW bersabda: Barangsiapa yang tidak peduli dengan urusan orang-orang muslim, maka dia bukan termasuk golongan kaum muslim.   (Al-Hadits).
Rasulullah SAW juga mengancam pada orang yang tertidur karena kekenyangan sementara tetangganya tidak bisa tidur karena kelaparan, padahal dia mengetahuinya. Rasulullah SAW bersabda: Wahai Anas, tidak dikatakan beriman kepadaku orang yang tidur kekenyangan, sedangkan tetangganya mengalami kelaparan, dan dia mengetahuinya. (H.R. Dailamy dan Thabrani).
Salah satu alat untuk membangun kebaikan sosial ini dan sekaligus untuk menumbuhkan serta membangun kesejahteraan masyarakat adalah perintah untuk senantiasa berzakat, berinfak dan bersodaqoh. Menurut hadits pahala puasa ramadhan bergantung antara langit dan bumi dan hanya zakat fitrahlah yang dapat mendongkrakkannya untuk naik keatas langit. Karena itu zakat, infaq dan sodaqoh ini harus dijadikan sebagai gaya hidup (life style), budaya dan kepribadian kita. Bahwa tangan diatas (pemberi) lebih baik dari pada tangan dibawah (penerima).

Tinggalkan Komentar